Sebelum saya datang ke Pare, saya selalu memimpikan dapat belajar bahasa Inggris di tempat yang dijuluki orang-orang sebagai Kampung Inggris ini. Di dalam imajinasi saya, Pare adalah sebuah tempat yang sarat dengan ilmu-ilmu baru dan juga orang-orang yang tergila-gila Bahasa Inggris. Maka saya pun mulai mengumpulkan informasi mengenai Pare, nama-nama kursusan apa yang ada di sana, dan kursusan mana yang banyak direkomendasikan oleh orang-orang yang pernah belajar disana. Saya mengumpulkan artikel-artikel mengenai Pare dan menyatukannya dalam sebuah folder di laptop yang saya namai “PARE in dream”.
Ketika saya telah benar-benar berada di Pare,saya merasa sebuah mimpi saya telah menjadi kenyataan. Pare benar-benar sebuah tempat yang sangat sama dengan imajinasi saya. Pada minggu-minggu pertama saya di sini saya merasa ilmu pengetahuan seakan-akan bertebaran di mana-mana. Di pinggir-pinggir jalan,di warung-warung, di tempat-tempat berkumpul para siswa yang sedang mendiskusikan sesuatu dengan Bahasa Inggris atau sekedar ngobrol dengan bahasa bule itu. Saya begitu gila belajar, saya pelajari apapun yang saya inginkan di sini lewat kelas-kelas, buku-buku, tutor-tutor, semuanya terasa sangat menggairahkan.
Di Pare saya banyak sekali menemukan orang-orang dengan cita-cita besar, mimpi-mimpi indah, dan saya pun mulai kembali belajar bermimpi mengenai sesuatu yang indah dan spektakuler. Sesuatu yang sudah hilang dalam hidup saya semenjak saya menyadari bahwa realita terkadang membuat kita harus mengusir dia-diam mimpi kita sendiri.
Di Pare saya kembali membangun mimpi-mimpi saya, menjadikannya sebuah master plan yang sangat indah dan sempurna, membuat jantung berdetak lebih cepat ketika membacanya dan tidak malu lagi mengatakan mimpi dan cita-cita saya kepada orang-orang. Dan kemudian alarm peringatan bebunyi dalam otak saya, hei…masih berani juga kau bermimpi indah? Lupakan bahwa dunia nyata tidak seindah yang kau bayangkan?Tidak merasa takutkah merasa sakit ketika akhirnya mimpi-mimpimu itu hanya dongeng tidur belaka?
Tapi dengan keyakinan yang entah darimana, saya matikan alarm peringatan itu. Tidak. Saya akan kembali bermimpi dan saya akan menjaga mimpi itu sampai menemukan jalan untuk menjadikannya nyata.
Dan sekarang, ketika saya harus meninggalkan Pare, ada sedikit rasa takut dan pengecut hinggap di hati saya. Saya akan segera meninggalkan ‘dreamland’ ini. Dimana semua orang bebas bermimpi dan mengungkapkan mimpi-mimpi mereka dengan bangganya. Saya akan kembali ke dunia nyata saya. Dan ketika saya harus kembali dengan kenyataan-kenyataan hidup saya yang memang tidak indah, akankah mimpi-mimpi itu masih bisa saya pertahankan dalam otak dan hati saya? Apakah satu kata yang berbunyi ‘realita’ itu akan kembali menghapus bangunan mimpi-mimpi itu? Apakah saya akan tetap bertahan untuk bermimpi?
Pare tempat belajar saya, tempat yang pernah bisa membuat saya, dengan senang hati , belajar 17 jam sehari.
Pare tempat tidur saya, tempat menyemai kembali mimpi-mimpi saya, tempat saya kembali belajar berkata’ saya akan belajar menjadi bla,bla,bla’, tempat saya melupakan statemen pribadi saya, ‘I’m sick, I’m tired of dreaming”. Tempat yang sempat membuat saya terlena dan tidak ingin kembali ke realita yang sudah menunggu saya di Terminal Jombang.
Pare, mungkinkah akan menjadi sebuah titik tolak dalam hidup saya? Mungkinkah menjadi pondasi yang cukup kuat untuk berjuang mewujudkan mimpi-mimpi indah saya? Mungkinkah bisa saya munculkan dalam biografi saya suatu hari nanti? Pertanyaan-pertanyaan pesimis itu kembali menyerang saya ketika waktu kepulangan benar-benar sudah ditentukan.
Pare, akhirnya saya harus bangun juga. Selamat tinggal mimpi indah. Tapi saya berjanji, ketika saya membuka mata saya nanti, mimpi-mimpi ini tidak akan pernah saya lupakan. Saya akan simpan dalam hati dan otak saya. Karena saya bangun dari mimpi ini bukan hanya untuk menghadapi realita dengan segudang rutinitas-rutinitas busuknya saja. Tapi saya bangun dari tidur saya ini untuk segera mandi dan berangkat berjuang meraih semua yang sudah saya bangun dalam dunia mimpi saya. Saya akan mengeja, menangkap, dan membawanya ke dunia nyata. Dan saya akan berkata dengan bangga, mimi-mimpi saya telah menjadi kenyataan.
Terima kasih Pare, untuk tidur panjang yang tenang. Untuk mimpi-mimpi indah. Suatu hari nanti saya akan kembali kesini dengan segudang cerita lain. Dan saya harap saya bisa menyajikan cerita dengan ending yang indah untuk semua pembaca.
Pare, 16 April 2011
05.37
Inaya Sari Melati