Senin, 05 Desember 2011
Selasa, 20 September 2011
salam Perpisahan Untuk Pare
Sebelum saya datang ke Pare, saya selalu memimpikan dapat belajar bahasa Inggris di tempat yang dijuluki orang-orang sebagai Kampung Inggris ini. Di dalam imajinasi saya, Pare adalah sebuah tempat yang sarat dengan ilmu-ilmu baru dan juga orang-orang yang tergila-gila Bahasa Inggris. Maka saya pun mulai mengumpulkan informasi mengenai Pare, nama-nama kursusan apa yang ada di sana, dan kursusan mana yang banyak direkomendasikan oleh orang-orang yang pernah belajar disana. Saya mengumpulkan artikel-artikel mengenai Pare dan menyatukannya dalam sebuah folder di laptop yang saya namai “PARE in dream”.
Ketika saya telah benar-benar berada di Pare,saya merasa sebuah mimpi saya telah menjadi kenyataan. Pare benar-benar sebuah tempat yang sangat sama dengan imajinasi saya. Pada minggu-minggu pertama saya di sini saya merasa ilmu pengetahuan seakan-akan bertebaran di mana-mana. Di pinggir-pinggir jalan,di warung-warung, di tempat-tempat berkumpul para siswa yang sedang mendiskusikan sesuatu dengan Bahasa Inggris atau sekedar ngobrol dengan bahasa bule itu. Saya begitu gila belajar, saya pelajari apapun yang saya inginkan di sini lewat kelas-kelas, buku-buku, tutor-tutor, semuanya terasa sangat menggairahkan.
Di Pare saya banyak sekali menemukan orang-orang dengan cita-cita besar, mimpi-mimpi indah, dan saya pun mulai kembali belajar bermimpi mengenai sesuatu yang indah dan spektakuler. Sesuatu yang sudah hilang dalam hidup saya semenjak saya menyadari bahwa realita terkadang membuat kita harus mengusir dia-diam mimpi kita sendiri.
Di Pare saya kembali membangun mimpi-mimpi saya, menjadikannya sebuah master plan yang sangat indah dan sempurna, membuat jantung berdetak lebih cepat ketika membacanya dan tidak malu lagi mengatakan mimpi dan cita-cita saya kepada orang-orang. Dan kemudian alarm peringatan bebunyi dalam otak saya, hei…masih berani juga kau bermimpi indah? Lupakan bahwa dunia nyata tidak seindah yang kau bayangkan?Tidak merasa takutkah merasa sakit ketika akhirnya mimpi-mimpimu itu hanya dongeng tidur belaka?
Tapi dengan keyakinan yang entah darimana, saya matikan alarm peringatan itu. Tidak. Saya akan kembali bermimpi dan saya akan menjaga mimpi itu sampai menemukan jalan untuk menjadikannya nyata.
Dan sekarang, ketika saya harus meninggalkan Pare, ada sedikit rasa takut dan pengecut hinggap di hati saya. Saya akan segera meninggalkan ‘dreamland’ ini. Dimana semua orang bebas bermimpi dan mengungkapkan mimpi-mimpi mereka dengan bangganya. Saya akan kembali ke dunia nyata saya. Dan ketika saya harus kembali dengan kenyataan-kenyataan hidup saya yang memang tidak indah, akankah mimpi-mimpi itu masih bisa saya pertahankan dalam otak dan hati saya? Apakah satu kata yang berbunyi ‘realita’ itu akan kembali menghapus bangunan mimpi-mimpi itu? Apakah saya akan tetap bertahan untuk bermimpi?
Pare tempat belajar saya, tempat yang pernah bisa membuat saya, dengan senang hati , belajar 17 jam sehari.
Pare tempat tidur saya, tempat menyemai kembali mimpi-mimpi saya, tempat saya kembali belajar berkata’ saya akan belajar menjadi bla,bla,bla’, tempat saya melupakan statemen pribadi saya, ‘I’m sick, I’m tired of dreaming”. Tempat yang sempat membuat saya terlena dan tidak ingin kembali ke realita yang sudah menunggu saya di Terminal Jombang.
Pare, mungkinkah akan menjadi sebuah titik tolak dalam hidup saya? Mungkinkah menjadi pondasi yang cukup kuat untuk berjuang mewujudkan mimpi-mimpi indah saya? Mungkinkah bisa saya munculkan dalam biografi saya suatu hari nanti? Pertanyaan-pertanyaan pesimis itu kembali menyerang saya ketika waktu kepulangan benar-benar sudah ditentukan.
Pare, akhirnya saya harus bangun juga. Selamat tinggal mimpi indah. Tapi saya berjanji, ketika saya membuka mata saya nanti, mimpi-mimpi ini tidak akan pernah saya lupakan. Saya akan simpan dalam hati dan otak saya. Karena saya bangun dari mimpi ini bukan hanya untuk menghadapi realita dengan segudang rutinitas-rutinitas busuknya saja. Tapi saya bangun dari tidur saya ini untuk segera mandi dan berangkat berjuang meraih semua yang sudah saya bangun dalam dunia mimpi saya. Saya akan mengeja, menangkap, dan membawanya ke dunia nyata. Dan saya akan berkata dengan bangga, mimi-mimpi saya telah menjadi kenyataan.
Terima kasih Pare, untuk tidur panjang yang tenang. Untuk mimpi-mimpi indah. Suatu hari nanti saya akan kembali kesini dengan segudang cerita lain. Dan saya harap saya bisa menyajikan cerita dengan ending yang indah untuk semua pembaca.
Pare, 16 April 2011
05.37
Inaya Sari Melati
Senin, 19 September 2011
Cinta Bukan Sekedar
Eta’
Cinta bukan sekedar rasa suka
Lalu berkata…”ayo kita jadian”
Bukan…bukan itu…
Cinta bukan sekedar ingin bersama
Selamanya
Lalu berkata “ Ayo kita menikah”
Tidak semudah itu
Cinta itu indah
Sekaligus rumit
Sesaat kau merasa bersayap malaikat
Sejenak kemudian kau bermandikan airmata
Cinta tidak hanya embutuhkan
Sekedar penyesuaian dua jiwa
Tapi juga membutuhkan keikhlasan
Saat dua hati tak bisa bersama
Walau cinta tak selamanya berakhir bahagia
Namun dalam sepinya jiwa yang terpisah
Cinta saling bicara
Cinta memang bukan sekedar
Kata “C-I-N-T-A”
malam (Ngilu)
St Malevo
Desis angin begitu sempurna
Dalam suhu yang menikan sembilu
Membuncah sampai ke ubun-ubun,ngilu
Malam ini tak bisa lelap
Dari jauh ka uterus menebar pilu
Dengan cecap sepahit empedu
Melipat waktu berharap menghapus ragu
Biar bekas sampai kesitu
JIKA..BILA MUNGKIN
Eta’
Jika bisa…
Aku kan menjadi angin di kemaraumu
Menghembuskan sejuk saat kau tak sanggup menaklukan
Gersang duniamu
Bila mungkin
Aku kan menjelma jadi hujan
Riuhkan benakmu
Saat sepi enggan pergi dari malam-mu
Jika bisa…bila mungkin
Semua pasti terjadi
Andai kau merelakan
Sedikit waktumu
Untuk melihatku disini
Di tempatku berpijak
Menunggumu membuka hati
KU INGIN MENEMANI
St Malevo
Tak sudi melihat kau meratap
Tak mau melihat kau tak mantap
_ini malam kita
Ku tahu itu muram
Tapi tak ingin kau mengais duka
_mari kita keluar dari kuasa gelap
Aku tak mau mimpi kita disulam penguasa
_hingga suram
Aku tahu kawan!
Ini bukan bual
_tapi memang kabar buruk bagi penguasa
Puisi kita bukan hanya puisi, ia tak mati-mati
_karena kita sedia membayar yang di minta
Dan aku sadar
Perjalanan kita baru saja dimulai
AKU SUKA
Eta’
Senyummu mungkin bukan
senyuman bulan
Tak apa…aku suka
Matamu mungkin tak berkerlip
Seperti bintang
Tak apa…aku suka
Hanya mengagumimu dari jauh saja
Aku senang
Tak perlu ada rayu
Atau peluk
Cukup melihatmu
Aku suka…
Biarlah cerita ini
Jadi rahasia
Tersimpan di kotak Pandora
Tak boleh ada yang tahu
Itu tak perlu
Cukup mempunyaimu dalam angan
Aku suka…
Malam Yang Mengigau
St Malevo
Sekejab bintang menghilang
_langitpun gelap
Sejenak merunduk di selasar kamar
_kopiku belum lagi ampas
Hujan renyai datang mengusik
_hanya sebentar
Namun endapnya masih terasa di selasar kamar
_malam belum juga mampu merayu tuk terlelap
Aku terus menatap langit
_seketika terdengar igauan
“jangan terlelap, waktu-Mu singkat”
Tahta Yang sama
St Malevo
Tak munafik, ini memang sindiran
Tentang fakta yang menjilat pantat
Berjanji tak sama akan membuat nyaman
Tapi kini masih sama!
Bertahta tanpa malu
Di atas jutaan luka orang
Tak hirau dengan cacian
Tak kenal dengan karma, apalagi takut
Yang beda tak tampak
Sengaja di campakkan!
Rabu, 14 September 2011
PERIODE INDONESIA BAGIAN TIMUR
Ada tradisi unik dalam bulan-bulan ramadhan yang dilalui SMART. Awalnya program episode Ramadhan digunakan sebagai momentum untuk mendesain dan mengukur program-program yang hendak dan sedang dijalankan di SMART. Misalnya, Ramadhan 2004 kami mencoba untuk membuka program per materi dengan durasi waktu 2 mingguan tanpa adanya penyaringan alias Placement Test. Dan saat itu adalah 2 minggu terberat dalam kinerja tim karena terlalu beragamnya siswa dalam sisi kemampuan dan latar belakangnya sementara program yang diambil adalah program yang memerlukan pendasaran tertentu seperti misalnya materi Tenses In Function dan Degree Of Comparison.
Demikian juga dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya. Selalu ada hal baru dengan segala kejutan-kejutan pembelajarannya yang unik, penuh makna dan mengasyikan.
Sejak tahun 2009, ramadhan di SMART memiliki tradisi yang unik yaitu dalam bentuk komunitas siswa yang belajar di program Ramadhan dan akhir Ramadhan. Pada saat-saat Ramadhan, kelas-kelas SMART yang biasanya beragam komunitasnya, yang sering kami sebut sebagai The Truly Indonesia _Bhinneka Tunggal Ikka yang sebenar-benarnya_ mendadak berubah menjadi kelas episode Indonesia Bagian Timur. Mengapa ? Karena peserta kursus pada periode ini kebanyakan berasal dari SWISS (Sekitar Wilayah Sulawesi Selatan) dan Lombok.
Program Ramadhan memang didesain untuk temen-temen yang tidak pulang kampung dan memang biasanya teman-teman siswa yang berasal dari jauhlah yang punya tradisi itu. Dan hebatnya, tradisi tersebut ditumbuhsuburkan oleh mereka yang berasal dari wilayah timur Indonesia, sehingga kami sering menyebut periode Ramadhan dan Akhir Ramadhan sebagai Periode kelas khusus Indonesia bagian Timur yang senantiasa didominasi oleh para pejuang dari bumi Sulawesi, Maluku dan Lombok.
Masih terkenang periode Pre Grammar Ramadhan 2009 yang 65% dari wilayah timur ini, dan kebetulan sudah ‘berumur’ sehingga memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Hal yang sangat membanggakan adalah semangat belajarnya yang luar biasa. Perjuangan kelas episode sarat emosi ini benar-benar mengharu biru. Dan periode ini ditutup dengan perpisahan fantastis yang tidak terlupakan oleh saya selaku pribadi.
Dalam perpisahan yang sarat isak tangis ini, setiap orang mengungkapkan isi hatinya, dan ada satu salam perpisahan yang tidak terus saya ingat. Ungkapan jujur dan polos ini berasal dari seorang teman siswa yang kuliah di fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan Bahasa Inggris yang ketika itu sudah duduk di semester 6, “ Meskipun saya tidak mendapat sertifikat dari SMART karena nilai saya tidak pernah lebih dari 30, tapi ada satu hal yang membuat saya sangat bangga dan bahagia. Hal itu adalah karena sekarang saya paham apa itu Noun Phrase!”
Kami pun tenggelam dalam gelak tawa yang bercampur keharuan yang dalam, karena si pemilik tutur tersebut menyatakannya dengan sepenuh hati dengan pancaran mata bangga yang luar biasa. Tak sedikit dari kami yang menitikan air mata, termasuk saya. Derai air mata seakan tak hendak berhenti.
Dalam hati kecil saya, ada rasa pedih yang tak terdefinisikan…
Subhanalloh..Allohu akbar..! Noun Phrase…? Sementara materi Noun Phrase di level ini (dulu, sekarang materi di program elementary Grammar) adalah materi Noun Phrase yang sangat sederhana dan sangat dasar. Rasa nelangsa sangat mendominasi hati saya saat itu…
Sungguh tak terbayang bagaimana materi dan metode pembelajaran di perguruan tingggi yang seringkali tidak memondasi kemampuan para mahasiswanya sementara mereka adalah para calon guru bangsa. Betapa terasa tak sepadan antara besarnya biaya kuliah yang setiap tahunnya selalu menanjak dan juga waktu yang terlewati dalam masa belajar dengan kompetensi yang didapatkan. Duhai…
Saat ini, program Akhir Ramadhan 2011, juga didominasi oleh para pembelajar dari wilayah timur Indonesia. Dan rekor yang tercipta adalah 100%! Artinya, program Primary Speaking, Pronunciation I, Elementary Grammar dan Med Class, seluruhnya berasal dari wilayah Indonesia bagian Timur. Uniknya, dari seluruh siswa tersebut, hanya satu yang berasal dari Lombok.
Inilah kelas periode Indonesia Bagian Timur!
Pare, 9 September 2011
Sabtu, 10 September 2011
KELAS PERIODE INDONESIA BAGIAN TIMUR
Ada tradisi unik dalam bulan-bulan ramadhan yang dilalui SMART. Awalnya program episode Ramadhan digunakan sebagai momentum untuk mendesain dan mengukur program-program yang hendak dan sedang dijalankan di SMART. Misalnya, Ramadhan 2004 kami mencoba untuk membuka program per materi dengan durasi waktu 2 mingguan tanpa adanya penyaringan alias Placement Test. Dan saat itu adalah 2 minggu terberat dalam kinerja tim karena terlalu beragamnya siswa dalam sisi kemampuan dan latar belakangnya sementara program yang diambil adalah program yang memerlukan pendasaran tertentu seperti misalnya materi Tenses In Function dan Degree Of Comparison.
Demikian juga dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya. Selalu ada hal baru dengan segala kejutan-kejutan pembelajarannya yang unik, penuh makna dan mengasyikan.
Sejak tahun 2009, ramadhan di SMART memiliki tradisi yang unik yaitu dalam bentuk komunitas siswa yang belajar di program Ramadhan dan akhir Ramadhan. Pada saat-saat Ramadhan, kelas-kelas SMART yang biasanya beragam komunitasnya, yang sering kami sebut sebagai The Truly Indonesia _Bhinneka Tunggal Ikka yang sebenar-benarnya_ mendadak berubah menjadi kelas episode Indonesia Bagian Timur. Mengapa ? Karena peserta kursus pada periode ini kebanyakan berasal dari SWISS (Sekitar Wilayah Sulawesi Selatan) dan Lombok.
Program Ramadhan memang didesain untuk temen-temen yang tidak pulang kampung dan memang biasanya teman-teman siswa yang berasal dari jauhlah yang punya tradisi itu. Dan hebatnya, tradisi tersebut ditumbuhsuburkan oleh mereka yang berasal dari wilayah timur Indonesia, sehingga kami sering menyebut periode Ramadhan dan Akhir Ramadhan sebagai Periode kelas khusus Indonesia bagian Timur yang senantiasa didominasi oleh para pejuang dari bumi Sulawesi, Maluku dan Lombok.
Masih terkenang periode Pre Grammar Ramadhan 2009 yang 65% dari wilayah timur ini, dan kebetulan sudah ‘berumur’ sehingga memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Hal yang sangat membanggakan adalah semangat belajarnya yang luar biasa. Perjuangan kelas episode sarat emosi ini benar-benar mengharu biru. Dan periode ini ditutup dengan perpisahan fantastis yang tidak terlupakan oleh saya selaku pribadi.
Dalam perpisahan yang sarat isak tangis ini, setiap orang mengungkapkan isi hatinya, dan ada satu salam perpisahan yang tidak terus saya ingat. Ungkapan jujur dan polos ini berasal dari seorang teman siswa yang kuliah di fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan Bahasa Inggris yang ketika itu sudah duduk di semester 6, “ Meskipun saya tidak mendapat sertifikat dari SMART karena nilai saya tidak pernah lebih dari 30, tapi ada satu hal yang membuat saya sangat bangga dan bahagia. Hal itu adalah karena sekarang saya paham apa itu Noun Phrase!”
Kami pun tenggelam dalam gelak tawa yang bercampur keharuan yang dalam, karena si pemilik tutur tersebut menyatakannya dengan sepenuh hati dengan pancaran mata bangga yang luar biasa. Tak sedikit dari kami yang menitikan air mata, termasuk saya. Derai air mata seakan tak hendak berhenti.
Dalam hati kecil saya, ada rasa pedih yang tak terdefinisikan…
Subhanalloh..Allohu akbar..! Noun Phrase…? Sementara materi Noun Phrase di level ini (dulu, sekarang materi di program elementary Grammar) adalah materi Noun Phrase yang sangat sederhana dan sangat dasar. Rasa nelangsa sangat mendominasi hati saya saat itu…
Sungguh tak terbayang bagaimana materi dan metode pembelajaran di perguruan tingggi yang seringkali tidak memondasi kemampuan para mahasiswanya sementara mereka adalah para calon guru bangsa. Betapa terasa tak sepadan antara besarnya biaya kuliah yang setiap tahunnya selalu menanjak dan juga waktu yang terlewati dalam masa belajar dengan kompetensi yang didapatkan. Duhai…
Saat ini, program Akhir Ramadhan 2011, juga didominasi oleh para pembelajar dari wilayah timur Indonesia. Dan rekor yang tercipta adalah 100%! Artinya, program Primary Speaking, Pronunciation I, Elementary Grammar dan Med Class, seluruhnya berasal dari wilayah Indonesia bagian Timur. Uniknya, dari seluruh siswa tersebut, hanya satu yang berasal dari Lombok.
Inilah kelas periode Indonesia Bagian Timur!
Jumat, 09 September 2011
KEMISKINAN DITENGAH KEBERLIMPAHAN
“Bumi memiliki kekayaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. Namun, bumi tidak dapat mencukupi kebutuhan segelintir orang-orang yang tamak”
(Mahatma Gandhi)
Tampaknya, apa yang di ungkapkan Mahatma Gandhi diatas mendapat relevansinya untuk menggambarkan realitas sosial, politik dan budaya di Indonesia. Diusianya yang ke-66 tahun, prospek bangsa Indonesia dewasa ini, menunjukan pesimisme sebagian masyarakat yang terus menerus dipaksa untuk “menelan pil pahit” yang disodorkan dan perankan oleh para pemangku kuasa (pemerintah) dengan bejadnya prilaku moral mereka yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Syahdan, kemerdekaan yang dicita-citakan oleh para founding father yang melahirkan UUD 1945 dan era reformasi 1998 dengan cucuran air mata dan darah warga negara sebagai modal untuk kemerdekaan bangsa terbebas dari penjajahan, kemiskinan dan kebodohan, demi terciptanya kesejahteraan warga negara yang dapat mencukupi kebutuhan disegala lini.
Namun, realitas yang ada menunjukan, “kemerdekaan” yang setiap tahun diperingati hanya menghasilkan formalisme dan kemunafikan yang memprihatinkan secara realitas. Dimana banyaknya permasalahan yang menjerat para pemangku kekuasaan atau jenggo-jenggo kampung (pejabat) yang terus menerus “menelanjangi” dan “memperkosa” amanah rakyat dibawah pangkuan ibu pertiwi.
Pemimpin Sebagai Cermin
Seorang pemimpin mencerminkan yang dipimpin, baik buruknya prilaku pemimpin secara otomatis menggambarkan (maaf) buruknya yang dipimpin. Bagaimanapun, merekalah (rakyat) yang telah memberikan legitimasi untuk dipimpin.
Menjelang akan dilakukannya Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 2014 mendatang dan akan dilangsungkannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) seperti di Provinsi Banten pada bulan Oktober tahun 2011. Tampaknya, rakyat harus kembali merasakan cumbuan dan rayuan para kandidat yang akan berlaga baik untuk Pemilu di tahun 2014 dan 2011 di Provinsi Banten.
Tentunya, para kandidat dalam setiap menghadapi Pemilu dan Pilkada telah mempersiapkan strategi untuk menjajakan “jualan-jualan politiknya” dalam meraih simpati publik sebagai proses pemenangan dengan melakukan pendistrosian dan manipulasi kepercayaan publik untuk sebuah pencitraan dan kemenangan, kepentingan serta memperkaya pribadi maupun kelompok diatas penderitaan kemiskinan dan kebodohan rakyat.
Maka, tak salah kiranya ungkapan Sastrawan Francis Honore De Balzac bahwa, setiap kekayaan yang besar merupakan kriminal. Kriminal yang didasari oleh watak kerakusan telah mendorong para pemimpin atau penguasa mencari kekayaan dengan cara yang tidak wajar atau kriminal. Hal tersebut ibarat “kanker” yang terus menerus menggerogoti tubuh (negara) untuk mempertahankan dirinya.
Pesimisme dan Harapan
Bila kita cermati, banyaknya kasus korupsi yang melibatkan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Menteri, Gubernur, Bupati hingga tingkat kepala desa, telah mempertontonkan “ketelanjangan” secara vulgar imoralitas dan rendahnya kinerja serta ketidakpedulian mereka dalam mengemban amanah rakyat yang telah mengantarkannya ditapuk kekuasaan untuk memperjuangkan dan mengelola kekayaan bangsa dalam meningkatkan pembangunan kenegaraan dan kebangsaan.
Namun, kesejahteraan yang dicita-citakan jauh panggang dari api, dimana “kesejahteraan” hanya berpihak pada orang-orang yang memiliki kehormatan dan kekuasaan. Sedangkan, kebodohan dan kedunguan seolah-olah pantas bagi mereka atau masyarakat yang tersingkirkan dari keberpihakan “nasib baik” dan “angin surga”.
Kemudian, kemiskinan rakyat hanya mampu membangun impian dan khayalan yang tak kunjung menjadi kenyataan. Sehingga, pada Pemilu dan Pilkada (2014 dan 2011), para penguasa akan menjadikan momentum untuk memobilisasi massa sebagai tiket untuk meraih dan mempertahankan kekuatan dan kekuasaannya dimuka bumi menjadi sebagai jelmaan “tangan-tangan Tuhan” yang berhak menentukan kebahagian rakyat untuk digiring kepada kehidupan “neraka atau surga”.
Padahal, Presiden Soekarno dalam pidatonya 1 Juni 1945 didepan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonensia (BPUPKI) mengingatkan bahwa ”Saudara-saudara, badan permusyawaratan yang akan kita buat hendaknya bukan badan permusyawaratan politieke democratie saja, tetapi badan yang bersama dengan masyarakat dapat mewujudkan dua prinsip yakni keadilan politik dan keadilan sosial…Di dalam badan permusyawaratan, saya ulangi lagi, segala hal akan kita selesaikan, segala hal…”
Menitipkan Kebahagiaan
Dipenghujung tulisan, penulis teringat dengan kata-kata anekdot bahwa, hanya Seekor keledailah yang mungkin terjatuh dilubang sama. Tentunya, penulis mengingatkan dan mengajak kepada warga negara Indonesia yang memiliki dan menggunakan akal normalnya untuk selalu mengingat JASMERAH (jangan sekali-kali melupakan sejarah) dalam setiap menjalani dan menentukan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
Sehingga, pemikiran dan akal normallah yang akan mampu menentukan dalam setiap pilihan antara yang haq dan bathil, terlebih dalam menentukan seorang pemimpin kenegaraan dan kebangsaan yang akan membawa kehidupan khalayak untuk lebih baik dalam menciptakan kesejahteraan dan kebahagian rakyat dari sebatas hanya serpihan dan kepingan-kepingan impian dan cita-cita yang kelak akan terwujud oleh mereka-mereka para pemimpin yang akan menjaga amanah rakyat dan memperjuangkan kebahagian yang telah dititipkan.
Diwaktu yang sama Presiden Soekarno dalam pidatonya 1 Juni 1945 di BPUPKI mempertegas bahwa, “Jangan saudara kira, bahwa kalau Badan Perwakilan Rakyat sudah ada, kita dengan sendirinya sudah mencapai kesejahteraan”.
Sedangkan Adolf Hitler seorang pemimpin Nazi Jerman mengatakan bahwa, jika kesalahan sering dikatakan dan diulang-ulang, maka kesalahan dan ketololan yang terjadi kelak akan menjadi kebenaran. Maka, segala penyimpangan dan kemunduran yang berubi-tubi mendera negara bangsa Indonesia, sudah menjadi tugas semua elemen bangsa-lah (yang berakal normal) yang kelak akan merubah kemunduran menjadi kejayaan. Bagaimanapun, didunia ini tidak ada yang abadi, tetapi perubahan itulah yang abadi. Semoga !
IIN SOLIHIN
(PENULIS ADALAH PENELITI PADA LINGKAR STUDI ISLAM DAN KEBUDAYAAN (LSIK) - CIPUTAT DAN AKTIVIS FORUM DISKUSI RUMAH ANAK BANGSA PARE)
Musim Dingin
Pare-Kediri Senin 10 Oktober 2011
Room 05 Story 3
IIN SOLIHIN
(PENULIS ADALAH PENELITI PADA LINGKAR STUDI ISLAM DAN KEBUDAYAAN (LSIK) - CIPUTAT DAN AKTIVIS FORUM DISKUSI RUMAH ANAK BANGSA PARE)
Musim Dingin
Pare-Kediri Senin 10 Oktober 2011
Room 05 Story 3
Selasa, 23 Agustus 2011
Balada Placement Test 3
Placement Test hampir dimulai saat seorang peserta datang dengan tergopoh-gopoh.
Mr Kaka yang hari itu bertugas membuka Placement Test bertanya kepada peserta tadi,”Program apa dan nomer berapa?
“Nomer 48, dan programnya Pre Grammar,mister...” jawab si anak dengan nafas yang masih memburu.
“ Ooh..itu yang di belakang,mas, yang warna nomernya hijau,ya...” jawab Mr Kaka dengan gayanya yang formal.
# Hampir sejam berlalu, dan absensi pun dimulai.. si petugas pengurus absen akhirnya sampai ke tempat anak yang nyaris terlambat tadi.
Kata sang petugas pengabsen,”Lho kok ngerjain soal Hi Class,Mas..?Daftarnya Pre Grammar kan?
“Kata orang itu (sambil menunjuk Mr Kaka), saya disuruh mengerjakan soal yang berwarna hijau...”
“Tapi ini kan biru,mas...” jawab sang petugas pengabsen.
Mr Kaka yang merasa terlibat langsung mendatangi tempat kejadian perkara! Dan spontan mengerti permasalahannya, langsung dia bertanya,” orang madura ya Mas..?”
“Bukan. Saya orang Bawean...” protesnya singkat.
# hahahaha...
Note : bagi orang Madura dan Bawean, kata biru digunakan untuk mendiskripsikan warna biru dan hijau. Hijau disebut sebagai biru daun sedangkan Biru disebut sebagai biru langit. Namun kata daun dan langitnya seringkali direduksi sehingga kedua warna itu bernama biru!
Dan sungguh tidak menyangka bila ternyata konsep warna tersebut bermasalah dalam mengerjakan soal Placement Test. Hahahaha...
Balada Placement Test 2
Pekerjaan tim placement Test terdiri dari tiga bagian besar yakni persiapan yang dilakukan pada setiap hari sabtu sebelum Placement Test jam 16.00- selesai, pelaksanaan yang diadakan pada hari minggu bertepatan dengan jadwal Placement Test yang dimulai jam 05.30- selesai Concelling, dan terakhir finishing yang diakhiri dengan evaluation meeting.
Pada Evaluation meeting Placement Test tanggal 6 Februari 2011 itu, Mr Kaka menceritakan tentang kisah 'buka pintu'-nya Miss Rena dengan penuh antusias.
Dan spontan kamipun tertawa mendengar kisah tak lazimtersebut,”Hua..ha..ha..ha...”
Dengan polos Miss Rena menanggapi cerita Mr Kaka dengan sedikit pembelaan diri,” Mr Kaka juga sih..kenapa bilangnya buka..harusnya bilang mulai!!Ya saya buka pintunya lah...”
Tawa kami pun kembali membahana. Kali ini bahkan lebih keras. Rena..Rena..
“Ren, memangnya kalau rena membuka kelas bilangnya gimana?” tanya saya untuk menetralisir suasana karena Miss Renanya tampak belum sepenuhnya tersadarkan.
“Let’s open our class by reciting al Fatihah together...” jawab Miss Rena tanpa dosa.
“Lha itu open artinya apa,Ren..?” tanya saya lagi.
“Mulai, Miss,” jawabnya cepat tanpa beban.
“Kenapa tidak pakai start? Kan mulai..?” tanya saya sekali lagi sambil berharap Miss Rena paham arah maksud pertanyaan saya tadi...
....
“Oiya ya Miss...memulai dan membuka itu kan bisa bermakna sama...”
Alhamdulillah...akhirnya ketua tim kami sadar juga..!
Pare, 7 Februari 2011Senin, 22 Agustus 2011
Balada Placement Test 1
Bila Placement Test adalah sebuah permen, mungkin permen Nano-nano-lah yang bisa mewakili rasanya. Ada manis,asem, dan asin. Rasa yang belum terwakili adalah rasa pahit dan sepet. Jadi bisa dibayangkan makan buah salak sekaligus pare dengan dicampur permen Nano-nano. Rasa ini bukan hanya milik peserta Placement Test tapi juga seringkali dirasakan oleh tim penyelenggara Placement test yang berbeda setiap periode tesnya.
Kisah kecil ini adalah kisah dari tim Placement Test periode 10 yang dipimpin oleh Miss Rena Yanita Sary.
Hari Minggu, 6 Februari 2011 kemarin adalah pertama kali Miss Rena bertugas untuk membuka Placement Test meski posisi beliau adalah ketua tim (ketua tim pun butuh asistensi dulu, buka?)
Jam 6 lewat 31 menit
#..telat satu menit
...lewat 32 menit
#..pintu ditutup agar peserta yang datang terlambat tidak masuk ruang ujian karena sudah lewat waktu.
Dengan gelisah, Mr KaKa yang merupakan ketua divisi Placement Test memberi arahan kepada miss Rena, “Ayo Ren,cepet buka..buka Ren...!”
Dengan wajah polos, Misss Rena pun melangkah canggung dan membuka pintu!!
#Glodakkss!!
Tanpa komando, hampir seluruh peserta tertawa..hahahaha..
Dengan wajah merah padam, Mr Kaka berkata pelan dengan tekanan yang dalam menahan geram,” Dibuka Placement Test-nya, Nduk..!!”
“Oo..kirain buka pintu,misteer..”
Kontan hebohlah placement Test di pagi yang masih malu-malu itu...
Pare, 7 Februari 2011
Balada SMART
Berada di lingkungan SMART ILC adalah sebuah keasyikan yang tiada tara bagi saya. Selalu ada hal-hal unik dan menarik yang menyita gerak emosi. Bahkan seringkali menjadi bahan renungan dan berpikir. Senang, sedih, kaget, gulana dan berbagai ekspresi selalu tertumpah ruah tanpa jeda. Yap, di area yang sering saya sebut sebagai zona tanpa gravitasi (No gravitation zone) ini segala hal bisa terbolak-balik tanpa terduga, setiap waktu percikan-percikan energi bersinergi dengan seluruh luapan emosi penghuni dan lingkungannya. Inilah salah satu kisahnya:
Pagi itu di kelas Speaking level I, Mr Amy menjelaskan ttg how to give a good speech dengan penuh semangat dan ditingkahi dengan suaranya yang cempreng plus logat Makasarnya yang kental:
“Kata Bill Gates , tanpa kemampuan berbicara yang bagus, anda tidak akan sukses dalam dunia pemasaran! So, we should make our speech inspiring n powerful..”
Spontan, seorang siswa menyahut dengan keras,” Bill Gates tuh siapa mister?Istrinya Nabi Sulaiman ya..?”
Wajah Mr amy yang innocent dan penuh semangat itu, kontan memerah.”Lho,kok istrinya Nabi Sulaiman sih?Itu kan Ratu Bilqis!” jawab Mr Amy dengan nada sewot campur geli.
“Oo..beda ya mister..?!” jawab si siswa dengan polosnya.
“Ini Bill Gates..bukan RATU BILQIS..!” ujar Mr Amy dengan gemas sambil loncat-loncat...”Ratu Bilqis zaman kapan, Bill Gates zaman kapan...!”
“Ya maaf misteer...”
# hahahaha...salam rindu selalu buat Amy...
Pare, 9 Februari 2011
Rabu, 03 Agustus 2011
Ukhuwah
Ukhuwah itu seutuhnya adalah tentang rindu...
Yang membuat selalu tak sabar untuk bertemu,
Terasa rugi bila tak berbagi.
Ini senyatanya adalah tentang hati...
Hati yang saling berikatan,
Tentang doa-doa yang saling bertaut.
Ukhuwah itu sepenuhnya adalah tentang ketulusan...
Terasa rumit untuk diungkap,
Namun nyata dalam kata sederhana
Ia terlalu dalam untuk diselami,
Karna ia adalah iman yang berlumur
Makna-makna...
Semoga Allah senantiasa
Mengikat hati-hati kita...
Saling mendoakan dan memberi semangat.
Terima kasih telah menjadi bagian dalam ukhuwah ini...
: Keluarga besar SMART International Language College
Yang membuat selalu tak sabar untuk bertemu,
Terasa rugi bila tak berbagi.
Ini senyatanya adalah tentang hati...
Hati yang saling berikatan,
Tentang doa-doa yang saling bertaut.
Ukhuwah itu sepenuhnya adalah tentang ketulusan...
Terasa rumit untuk diungkap,
Namun nyata dalam kata sederhana
Ia terlalu dalam untuk diselami,
Karna ia adalah iman yang berlumur
Makna-makna...
Semoga Allah senantiasa
Mengikat hati-hati kita...
Saling mendoakan dan memberi semangat.
Terima kasih telah menjadi bagian dalam ukhuwah ini...
: Keluarga besar SMART International Language College
Sabtu, 30 Juli 2011
Kemerdekaan
Kemerdekaan adalah...
kemampuan untuk bertahan pada rasa sakit dan putus asa
demi mewujudkan impian ideal kita
Kemerdekaan berarti...
kesanggupan untuk mencumbui rasa letih tanpa henti
Kemerdekaan berarti...
berserah diri sepenuhnya pada kerja keras dan memberikan karya terbaik
tanpa menuntut pengakuan apalagi imbalan
kemerdekaan itu mahal harganya!!
kemampuan untuk bertahan pada rasa sakit dan putus asa
demi mewujudkan impian ideal kita
Kemerdekaan berarti...
kesanggupan untuk mencumbui rasa letih tanpa henti
Kemerdekaan berarti...
berserah diri sepenuhnya pada kerja keras dan memberikan karya terbaik
tanpa menuntut pengakuan apalagi imbalan
kemerdekaan itu mahal harganya!!
Bulan Agustus selalu disambut dengan suka cita oleh Bangsa Indonesia. Hal yang sangat umum terjadi dan sudah menjadi tradisi tahunan. Dan karena dianggap sebagai suatu tradisi inilah maka nilai-nilai Kemerdekaan seakan-akan menguap entah kemana. Terasa hampa dari tahun ke tahun.
Sayangnya, kondisi ini justru seperti diberi peluang untuk berkembang karena para guru bangsa yang seharusnya berdiri pada barisan terdepan dalam memberi suri tauladan dalam memaknai dan mencitrakan kemerdekaan secara apik sebagai momentum dan aset nasional yang luar biasa berharga malah terjebak dengan kepentingan diluar jalur kepentingan nasional.
Kepentingan dan harga diri partai seakan lebih penting dan lebih berharga dari kepentingan nasional. Hal sepele yang bisa dijadikan contoh adalah sikap ibu Megawati yang lebih suka menghadiri upacara bendera di wilayah kepartaian daripada di wilayah Istana Negara yang notabene sebagai simbol kenegaraan. Penulis memang tidak memahami konteks politik yang pasti punya pertimbangan-pertimbangan logis yang dilolohkan ke benak masyarakat. Tapi pernahkah ada pertimbangan wilayah hati nurani rakyat?
Selama 64 tahun Indonesia merdeka, Indonesia pernah dipimpin oleh enam presiden saja. Enam orang luar biasa yang berkesempatan menjadi presiden sebuah negeri elok yang bernama Indonesia. Pernahkah terbersit satu kesadaran bahwa tanggung jawab kesuritauladan bangsa akan terus melekat meski kursi kepresidenan tak lagi terduduki? Presiden ataupun mantan presiden tidak terlalu penting bagi kami, rakyat Indonesia. Bukankah suatu karya untuk bangsa itu tak berbatas profesi dan jabatan? Bukankah dalam diri setiap manusia tertatahkan tugas ke-Tuhan-an sebagai pendidik, sebagai guru?Bukankah setiap kita adalah kitab yang pasti berkemampuan memberikan butir-butir pelajaran bagi orang lain?Bukankah kepentingan negara seyogyanya diletakkan di atas kepentingan pribadi dan golongan?
Lantas pelajaran apa yang sebenarnya ingin diberikan untuk kami, rakyat Indonesia,dalam merenungi dan memaknai Hari Kemerdekaan selama ini? Bagaimana kami bisa bangga pada bangsa ini dan mengerti bahwa kemerdekaan adalah milik seluruh komponen bangsa bila kami tak punya guru untuk mengajarkan bahwa nasionalisme memang ada dan bukan sekedar konsep? Bagaimana kami mampu mengenal cita rasa Indonesia bila kami tak punya pemandu yang dengan sabar melatih indra perasa kami?
Semoga seluruh komponen bangsa masih ingat bahwa rakyat Indonesia itu ada...
Sayangnya, kondisi ini justru seperti diberi peluang untuk berkembang karena para guru bangsa yang seharusnya berdiri pada barisan terdepan dalam memberi suri tauladan dalam memaknai dan mencitrakan kemerdekaan secara apik sebagai momentum dan aset nasional yang luar biasa berharga malah terjebak dengan kepentingan diluar jalur kepentingan nasional.
Kepentingan dan harga diri partai seakan lebih penting dan lebih berharga dari kepentingan nasional. Hal sepele yang bisa dijadikan contoh adalah sikap ibu Megawati yang lebih suka menghadiri upacara bendera di wilayah kepartaian daripada di wilayah Istana Negara yang notabene sebagai simbol kenegaraan. Penulis memang tidak memahami konteks politik yang pasti punya pertimbangan-pertimbangan logis yang dilolohkan ke benak masyarakat. Tapi pernahkah ada pertimbangan wilayah hati nurani rakyat?
Selama 64 tahun Indonesia merdeka, Indonesia pernah dipimpin oleh enam presiden saja. Enam orang luar biasa yang berkesempatan menjadi presiden sebuah negeri elok yang bernama Indonesia. Pernahkah terbersit satu kesadaran bahwa tanggung jawab kesuritauladan bangsa akan terus melekat meski kursi kepresidenan tak lagi terduduki? Presiden ataupun mantan presiden tidak terlalu penting bagi kami, rakyat Indonesia. Bukankah suatu karya untuk bangsa itu tak berbatas profesi dan jabatan? Bukankah dalam diri setiap manusia tertatahkan tugas ke-Tuhan-an sebagai pendidik, sebagai guru?Bukankah setiap kita adalah kitab yang pasti berkemampuan memberikan butir-butir pelajaran bagi orang lain?Bukankah kepentingan negara seyogyanya diletakkan di atas kepentingan pribadi dan golongan?
Lantas pelajaran apa yang sebenarnya ingin diberikan untuk kami, rakyat Indonesia,dalam merenungi dan memaknai Hari Kemerdekaan selama ini? Bagaimana kami bisa bangga pada bangsa ini dan mengerti bahwa kemerdekaan adalah milik seluruh komponen bangsa bila kami tak punya guru untuk mengajarkan bahwa nasionalisme memang ada dan bukan sekedar konsep? Bagaimana kami mampu mengenal cita rasa Indonesia bila kami tak punya pemandu yang dengan sabar melatih indra perasa kami?
Semoga seluruh komponen bangsa masih ingat bahwa rakyat Indonesia itu ada...
untuk para sahabat...
yang selalu menangis didepan saya saat berbincang tentang ke-Indonesia-an
Uun Nurcahyantiyang selalu menangis didepan saya saat berbincang tentang ke-Indonesia-an